Jika kita bisa merasakan dan menyaksikan Yogyakarta, maka kita akan melihat suatu harmoni. Dari tata kota yang diatur sedemikian rupa dari Puncak Gunung Merapi, melewati Monumen Jogja Kembali di tepi Jl Palagan Tentara Pelajar yang bertemu dengan Jl AM Sangaji, Tugu Yogyakarta, Jl Malioboro, Kraton, hingga Parangkusumo.
Indahnya alunan gamelan, kolaborasi bonang, gong, siter, dan sebagainya. Lemah gemulainya penari-penari cantik dan gagah. Lengkingan suara sinden dan dramatisasi wayang. Kalau dilihat asal muasal hasil seni dan budaya tersebut tentu akan melihat talenta tolerant dari nenek moyang, karena memang mereka memadukan berbagai intisari seni di semesta dunia.
Sementara di luar kraton, kita bisa mendengar dan menyaksikan suara-suara kaki kuda dan roda-roda andong berputar di lintas Malioboro dan anakan jalan lainnya. Orang-orang mengayuh pedal becak dan sepeda. Mereka mengayuh becak dan sepeda di setiap gang kota maupun desa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar